Mungkin beberapa pernyataan gue ada yang benar, menurut gue pribadi, pasti ada maksud dan tujuan kenapa mereka memekain kapur, pasti mereka pengen membuat gerbang ke DUNIA KAPUR ( CALK ZONE ) seperti film yang mungkin gue demenin banget waktu gue masih kecil. Kalau ngga calk zone, yang gue tonton Fearly Odd Perents, atau yang paling gue sering gue liat adalah Spongebob Squarepants.
Spongebob. Pertama gue nonton itu kartun, waktu itu gue baru umur kelas 2-an SD. Mungkin sudah lama itu ya, bukan mungkin, tapi memang sudah lama. Okey. Yang gue herankan, kenapa sik, spongebob dari dulu sampai sekarang, dan kebetulan pas gue buat ini catatan..gue pas nonton itu kartun, spongebob ngga bertambah tua. Sedikit pun ngga. Yang bertambah lu tau ngga? Yang bertambah malah idungnya,. Menurut gue, idungnya malah bertambah semakin panjang. Suka boong kali ya, kaya pinokio, kalau boong idungnya makin memanjang. Ada tips nih, untuk para idung pesek ( maap ), kalau pengen idungnya mancung, suka-suka boong, atau ikut jadi seorang spongebob.
Lain sama spongebob sama calk zone, yaitu Rudi Taboti, Pheni Shances, sama Snap. Mungkin mereka para Trio wonderer calk zone. Critanya ada seorang anak laki-laki yang bernama Rudi tadi memiliki sebuah kapur ajaib, yang dapat membuka portal ke dunia kapur, dan kapur itu dapat digunakan untuk menggambar sesuatu, sesuatu itu pun menjadi kenyataan. Kalau memang seperti itu, gue pasri seneng, kalau seumpama gue pengen motor , tinggal gambar deh.
Ke topik kita.
Gue sebenernya ngga terlalu suka dengan kapur. Tau kan kenapa gue gak suka. Karena gue pakai kacamata. Mungkin bagi pembaca yang ngga tau atau begolah, pasti ngira kalau itu ngga nyambung banget. Soalnya tiap kali gue nilis dipapan tulis pakai kapur, serpihannya kudu dandiwajibkan harus ada yang musti nempel dikacamata gue. Lebih-lebih kalau kita pas lagi menghapusnya. Debu-debunya bakalan berterbangan dan akan menyerang kita. Bagaikan seorang superman yang sedang menghajar godzila. Hal itu terjadi ke gue, setelah selama SMP kelas 8 dan 9 ngga makai kapur. Gue berusaha agar tidak disuruh buat menghapus papan tulis. Itu karena gue seorang yang jarang piket membersihkan kelas. Sebenarnya sik, gue bukan tipe orang pemalas. Hari itu gue jatah piket. Karena papan tulis masih penuh dengan tulisan, tulisan materi seni budaya..daan belum ada yang sukarela menghapuskan tu papan salah satu angggota piket pun kudu menghapaus. Dalam hati gue membatin. “woy, yang lain..papan tulis dihapusin. Gue lagi ogah ngapus” Gue dengan hati gelisah mengharap semoga ngga ada yang tau kalau gue piket hai ni. Mungkin dengan jadwal piket sedang di copot, ngga ada yang nyadar kalau gue hari ini piket. Wah akhirnya gue disuruh buat ngapus tu papan tulin. Usaha gue lakonin ngga ada yang berasil.
Gue ngapus.
Sekarang bagaimana caranya agar gue terhincdar ari debu kapur yang berterbangan yang bakalan segera nyerbu sekujur tubuh gue. Gue bergaya sok kaya layaknya seorang penari. Goyang sini, goyang sana..goyang dombret !! Bukan. Tidak terhindar. Gue kalah dalam pertarungan melawan debu kapur, sekujur lengan gue, lengan kanan kiri, penuh debu kapur. Saat itu gue pake kedua tangan gue, dengan maksud agar cepet dan terlepas dari serangan. Papan tulis bersih, layaknya jalan aspal. Gue pun kembali duduk ke tempat duduk gue yang terletak di baris kedua dari depan, sebangku dengan ketua kelas kita Giean, nama yang asing. Akhirnya gue bingung ndiri. Bagaimana cara ngebersihin debu kapaur tadi. Gue berpikir ddengan kerasnya, sekeras nasi uduk yang makai baju baja. Akhirnya gue temuin caranya. Yaitu dengan memasukan tangan kedalam saku. Dengan tidak sekejap mata tangan pun bersih. Belm bersih sih, soalnya masih ada bekas coretan bolpoin.
Satu tips, kalau mau ngebersihin debu kapur ditangan, tinggal masukin kedalem kantong doraemon. Kantong saku maksudnya.
0 Comments